Wednesday, February 8, 2012

1-Awal Pertemuan


KEDAI VIOLET yang berdekatan dengan 2 Universitas swasta yang cukup terkenal di kota Bandung, menjagokan menu khas luar negeri. Pemiliknya biasa dipanggil dengan sebutan Ayah oleh mahasiswa yang sering makan di kedai tersebut. Di depan pintu masuk Hardi dan Randi mulai melihat meja yang belum ditempati oleh orang lain, namun Randi yang telah terbiasa makan di kedai tersebut langsung menuju ke meja yang terdapat di pojok sebelah kiri. Hardi lebih memilih meja yang belum ditempati orang lain tidak jauh dari posisi Randi duduk. Ketika sedang memerhatikan daftar menu tiba tiba Randi memanggilnya “Har, duduk disini saja” katanya. “Ngapain juga duduk di situ, sini gue kenalin lu sama adik gue.”
Hardi yang saat itu sedang kebingungan ingin memesan menu apa yang bakal dia santap kemudian melangkah kearah Randi. untuk berkenalan dengan seorang perempuan yang sudah dianggap sahabatnya itu seperti adik sendiri. sambil menjulurkan tangan Hardi memperkenalkan diri “Hardi” katanya.
Sambil tersenyum cewek tersebut membalas “Sharon, Kamu satu kampus dengan Randi ya?” tanya Sharon.
“Iya” jawab Hardi. “Bahkan aku dan Randi satu jurusan, tapi beda angkatan. Randi angkatan 2005 sedangkan aku 2006”
Setelah menjawab pertanyaan dari Sharon, hardi pun melangkahkan kakinya ke arah pelayan dan memesan Ayam Rica-rica dan segelas ice capucino. Sekembalinya Hardi ke meja tersebut dia melihat Sharon tersenyum ramah kepada dirinya dan dia pun membalas senyuman tersebut. Hardi yang saat itu mengenakan sepatu Boots Dr. Marten dan jaket bomber cukup menarik perhatian mahasiswa lain. Sedangkan Sharon yang mengenakan pakaian yang lebih Casual dan tidak terlihat meck up seperti kebanyakan mahasiswi yang dikenal Hardi. Hal ini yang membuat Hardi lebih nyaman saat berbicara dengan perempuan tersebut. “Kamu sendiri kuliah dimana?”, Tanya Hardi kepada Sharon.
Sharon kemudian menyebutkan salah satu kampus swasta yang cukup terkenal di kota Bandung. Setelah menyebutkan nama kampusnya, Sharon balik bertanya kepada Hardi “kamu sering makan disini ya?”
Hardi pun tertawa mendengar pertanyaan Sharon “Aku baru pertama kali makan di sini” katanya. “Itu pun diajakin sama Randi.”
Sharon adalah seorang perempuan berdarah Sunda dan Manado. Dia merupakan anak ke-2 dari 5 bersaudara. Parasnya yang sederhana memancarkan kecantikan alami yang mampu membuat mata cowok seakan betah untuk menatapnya. Keindahan lain yang terlihat darinya adalah kedua matanya yang sangat indah. Namun dengan paras yang cantik tersembunyi sifat ketegasan dan hal ini turut membuat cowok yang baru dia kenal merasa nyaman.
Hardi yang dari tadi memperhatikannya kemudian mengambil sebuah buku dan mencari halaman yang telah ditandainya sebagai batas sampai mana buku tersebut telah dia baca. Setelah menemukan tanda tersebut dia pun asyik membaca seakan tidak peduli dengan orang-orang disekitarnya. Keadaan ini membuat Sharon sempat berpikir bahwa cowok yang sedang duduk dihadapannya ini sangat sombong sekali.
Berselang 10 menit kemudian menu yang dipesan Hardi akhirnya datang juga. Dia pun bertanya kepada Sharon “Kamu nggak mesan makan ya?”
“Tadi udah makan kok” jawab Sharon.
“Ya udah kalo gitu aku makan dulu ya” kata Hardi dengan sopan kepada Sharon.
Saat Hardi sedang asyik menyantap makanannya, Sharon bertanya kepadanya “Jadi sekarang kamu sekarang semester berapa?”
“Sekarang aku masuk semester 6” katanya. “Tapi aku sempat ngambil cuti 2 semester, jadi rada telat lulusnya” lanjutnya sambil tertawa.
Hardi memang pernah cuti satu semester, sehingga ada dua mata kuliah penelitian yang belum bisa dia ambil. Dengan demikian terpaksa dia tidak bisa melakukan penelitian yang merupakan salah satu syarat untuk menyusun skripsi. Hardi pun balik bertanya kepada Sharon, “Kamu sendiri sekarang semester berapa?”
“Aku sekarang semester 2 dan ngambil Fakultas Ekonomi”
Ternyata perempuan ini merupakan mahasiswi baru, katanya dalam hati. Hardi semakin penasaran dengan Sharon tapi dia tidak ingin hal tersebut diketahui oleh yang lainnya. Dia kembali menyantap menu yang dari tadi siap untuk santap. Sesekali Hardi mencuri pandang ke arah Sharon, wah ternyata dia cukup cantik terutama bola matanya, kata hardi dalam hati. Sharon yang tahu kalau Hardi diam-diam selalu memperhatikan dirinya berusaha untuk cuek. Dia berusaha mengikuti pembicaraan yang sedang berlangsung antara Randi dan Ditya. Ketika sedang asyik mencuri-curi pandang ke arah Sharon, tiba-tiba Randi mengagetkan Hardi “Ayo ngapain lu lihat nadira sambil bengong gitu?” katanya. “Awas lu entar naksir baru tahu.”
“Nggak kok, cuma aneh saja kok dari tadi Sharon senyum-senyum mulu. Kayak orang yang dapat duit 1 milyar” katanya untuk menutupi apa yang sebenarnya sedang dia pikirkan.
Saat itu tidak ada yang mengetahui kalau Hardi mulai menyimpan perasaan suka kepada Sharon, karena dia tidak menceritakan ke siapapun. Hardi yang mempunyai rasa penasaran yang tinggi itu merasa ada sesuatu yang tersembunyi dari senyum bahagia Sharon. Menurutnya di balik senyum tersebut terdapat sebuah masalah yang coba ditutupi oleh Sharon. Hal ini membuat Hardi menjadi penasaran akan cewek yang sedang duduk dihadapannya itu.
Sharon semakin bingung saat Hardi dan Randi selalu menyebutkan namanya dibalik pembicaraan mereka. Hal ini membuat dia merasa ada sesuatu yang tidak beres, karena kedua cowok tersebut tidak memberitahu dirinya apa yang sedang dibicarakan antara mereka berdua. Namun mereka berdua selalu menyemut-nyebut namanya “Kenapa kok bawa-bawa namaku” tanyanya sambil memperhatikan kedua cowok tersebut.
Kedua cowok yang langsung dikasih pertanyaan yang tidak terduga ini hanya bisa tersenyum malu…”Eh kok malah senyum-senyum aja” tegur Sharon yang saat itu semakin bingung dengan kedua temannya tersebut.
Randi pun langsung menjawab sambil memperhatikan dengan geli kepada Hardi “Dari tadi aku liat si Hardi nyuri-nyuri pandang ke arah kamu”
Hardi pun hanya bisa terdiam sambil terlihat kesal dengan kejujuran yang terlontar dari mulut sahabatnya itu. Sedangkan Sharon hanya tersenyum kepada Hardi, seakan dia mengerti dengan apa yang sedang dirasakan oleh Hardi.
“Tidak apa-apa kok” seru Sharon. “Ngapain juga harus malu toh masih dalam batas kewajaran.”
Mendapat pembelaan dari Sharon, membuat Hardi semakin bersemangat untuk membalas kebodohan Randi yang membuat dirinya sempat malu dihadapan Sharon.
“Eh kuyak, Sharon yang diliatin saja nggak marah” katanya. “Kok lu yang repot”
Randi yang dipojokkan hanya bisa tersenyum malu, tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun. Melihat Randi yang hanya bisa tersenyum, membuat Hardi kini berasa di atas angin. Sedangkan Sharon yang memerhatikan kedua cowok tersebut hanya bisa tertawa. Randi yang melihat Sharon merasa senang dengan penderitaannya akibat malu “Senang banget ngeliat kakaknya dikatain sama si kadal” katanya.
Sharon yang mendengar keluhan Randi semakin tertawa geli dan Hardi pun tidak mau ketinggalan untuk mentertawakan sahabatnya yang terkadang suka membat hal-hal yang konyol tanpa terduga itu. Ketika Sharon memperhatikan jam di ponselnya dia langsung berpamitan kepada Randi dan Hardi “Aku ke kampus dulu ya!” katanya “Soalnya aku ada kuliah, apalagi dosennya galak kadang kalo telat suka nggak diijinin masuk”
“Ya sudah” kata Randi. “Besok kita ngobrol-ngobrol lagi ya! Awas kalo besok nggak datang”
Sambil tersenyum Sharon menjawab “Iya besok aku ada kuliah jam 5 sore” katanya “Jadi kita ketemuannya jam 3 sore saja deh”
Sebelum dia melangkahkan kakinya, dia sempat melemparkan senyum kepada Hardi dan Randi. Seakan penasaran tidak luput dari benak Hardi dan dia pun bergumam dalam hatinya, perempuan ini sangat cantik apalagi kalau dia tersenyum, aku belum pernah mengenal perempuan yang bisa membuat aku lebih bersemangat. Tapi, Sharon sungguh membuat aku semakin penasaran untuk mengenalnya lebih jauh…
Sharon yang sedang menyeberang jalan mendengar ada yang memanggil-manggil namanya, dia pun melirik ke arah suara tersebut. ternyata Ditya sahabat yang telah dia anggap seperti kakaknya sendiri, “Kok baru datang? Dari tadi Sharon nungguin di kedai tapi teteh nggak datang-datang juga”
Dengan tersenyum yang tersungging dari bibirnya Ditya mencoba menyampaikan alasan mengapa dia terlambat “Tadi aku ditelpon sama tante” katanya. “Aku diminta untuk ke rumahnya”
“Oh, ya sudah kalo gitu” kata Sharon. “Sekarang kita ke kelas yuk, entar telat pasti nggak dibolehin masuk lagi”
Mereka pun melangkahkan kaki dengan cepat ke dalam kampus. Sharon yang masih teringat akan kekonyolan dua orang cowok di kedai tersebut, kejadian perkenalan dengan Hardi turut mewarnai apa yang ada dalam benaknya. Ternyata kedua sahabat itu sangat asyik jika diajak bercanda. Tapi entah mengapa si Hardi terkadang terlihat cuek dan dia juga suka baca buku. Sejenak Sharon melupakan permasalahan yang sering terjadi di rumahnya akibat ulah Hardi dan Randi. Sharon selalu menutupi setiap permasalahan yang dihadapinya, dia sangat benci dengan orang-orang yang ingin mengetahui siapa dirinya sebenarnya.
Sesampainya mereka di depan kelas ternyata masih ada waktu untuk nongkrong. Kesempatan ini berusaha dimanfaatkan oleh Sharon menceritakan pengalaman konyol yang barusaja terjadi kepada Ditya “Teteh tadi Sharon lagi nongkrong sama Randi dan temannya si Hardi. Ternyata mereka asyik diajak ngobrol. Apalagi dua-duanya konyol abis.”
Merasa melihat senyuman yang berbeda dibandingkan dengan senyuman yang selama ini diperlihatkan Sharon turut membuat Ditya senang. Namun dia ingin memastikan tentang cowok yang barusan namanya dibicarakan oleh Sharon “Si Randi yang kuliah di Kampus sebelah itu?”
“Iya” sahutnya. “Kan kemarin teteh sudah kenalan sama si Randi.” Berusaha meyakinkan Ditya yang masih terlihat ragu.
“Emang mereka ngapain sampai-sampai kamu senang seperti ini?” Tanya Ditya yang ingin tahu sahabatnya ini bisa terlihat beda disbanding sebelum-sebelumnya. Selama ini Ditya jarang melihat Sharon bisa tertawa lepas akibat masalah keluarganya. Bahkan Ditya sering mendapati Sharon sering terlihat tidak bersemangat dan terkadang juga sampai menangis.
“Pokoknya teteh besok ke kedai aja” seru Sharon agar Ditya melihat langsung kenapa dia bilang kedua cowok tersebut sangat konyol. “Pasti seru deh. Entar aku kenalin teteh sama si Hardi.”
~{0}~
MEMIKIRKAN SHARON membuat Hardi terus memandang ke arah pintu kedai. Randi yang sedari tadi terus memerhatikan sahabatnya itu lalu memukul pundak Hardi sambil berkata “Besok juga lu bisa ketemu lagi sama Sharon” serunya sambil mengambil sebatang rokok Marlboro Light “Dia tadi sudah janji besok ketemuan di sini lagi jam 3 sore, jadi besok kita kesini lagi.”
Perkataan Randi membuat Hardi semakin bersemangat “Oke besok kita kesini lagi soalnya gue semakin penasaran sama Sharon” setelah membayar menu yang telah disantapnya Hardi dan Randi pun meninggalkan kedai tersebut.
Randi yang sudah membayar menu yang disantapnya, kemudian mengajak Hardi pulang soalnya esok dia ada jadwal kuliah pagi “Har, balik yuk?” tuturnya. “Besok gue ada kuliah pagi-pagi nieh!”
“Siap bos” sahut Hardi. “Tapi gue bayar dulu menu yang tadi gue makan”
Mereka pun meninggalkan kedai tersebut setelah membayar menu yang disantap. Sepanjang perjalan Hardi berusaha mencari informasi tentang Sharon lewat mulut Randi, “Lu kenal sama Sharon sejak kapan?”
“Baru 3 minggu” jawab Randi.
Kesempatan ini membuat Hardi terus mengorek informasi yang sangat dia butuhkan “Kok lu bisa kenal sama dia?” Tanyanya  lagi.
Dengan bangganya Randi memamerkan kalau dia mampu mengenal cewek-cewek yang terbilang cantik, “Kayak nggak tahu gue saja” katanya. “Waktu dia lagi makan sama temannya gue samperin saja dan ngajak ngobrol.”
Mendengar kalimat yang terlontar dari mulut Randi membuat dia sempat melirik sahabatnya itu dengan ketus. Namun disatu sisi dia sangat berterima kasih kepada Randi yang telah memperkenalkan dirinya ke Sharon. “Oh iya” serunya. “Menurut lu, dia orangnya gimana?”
“Kalo menurut gue sih” ujarnya sambil membakar sebatang rokok. “Orangnya baik terus mudah bergaul. Tapi kalo lagi Bete susah diajak ngobrol. Dari tadi lu ngebahas Sharon mulu, mendingan kita ke kosan dan ngajak Rian makan seafood”
Terlihat rasa penasaran di wajah Hardi saat Randi berusaha mengalihkan pembicaraan yang masih tanggung baginya. “Terserah lu saja deh” sahut Hardi dengan kesal.
Mendengar nada suara Hardi yang setengah hati mengiyakan sarannya itu membuat Randi tertawa terbahak-bahak. “Besok juga lu bakal ketemu lagi sama dia, jadi mendingan lu cari tau sendiri. Kalo gue ngomong gini nanti nggak sama dengan kenyataannya gue juga yang disalahin sama lu.”
“Ya nggaklah” ujar Hardi. “Gue nggak mungkin nyalahin lu. Gue yang butuh info dari lu kok malah nyalahin lu jadi kayak orang yang nggak punya otak saja.”
Timbul keinginan untuk menjahili sahabatnya, randi langsung tertawa geli dan berujar “Bukannya lu nggak punya otak!”
Sontak Hardi yang dipancing untuk bercanda mendorong Randi dengan perasaan kesal, namun tampak hanya dorongan yang bertujuan canda semata, “Gini-gini gue juga pintar di kelas” serunya. “Jangan-jangan kepala lu isinya tahi doang.”
Mendengar celetukan yang dibarengi kekesalan membuat Randi tertawa terbahak-bahak. “Hahahahahah….Ya udah buruan nanti kemalaman sampai kosan-nya” seru Randi yang membuat canda diantara mereka berdua kontan berhenti. Namun terlihat dari raut wajah Hardi yang masih ingin membalas ejekan yang terlontar dari mulut sahabatnya itu.
Sesampainya mereka di kosan Hardi langsung berpamitan kepada Randi. “Gue tidur duluan ya” katanya. “Lu ajakin saja si Rian nyari makan, gue ingin tidur soalnya besok gue ada kelas pagi.”
“Ya si kuyak tadi katanya mau nyari makan bareng” seru Rian dengan kesal. “Sekarang malah ingin tidur duluan. Akh dasar kampret, jadi kesal gue sama lu dah”
Sambil tersenyum kemenangan Hardi meninggalkan Randi yang terlihat semakin kesal dengan tingkah laku sahabat yang dinilainya curang dan tidak menepati janji. Namun bagi Hardi inilah saatnya pembalasan atas ejekan yang dilakukan Randi di sepanjang jalan ke kosan. Hardi sempat berbalik sambil menertawakan sahabatnya itu sambil tersenyum puas akan tindakan yang dia lakukan barusan. Setelah merasa memenangkan Hinaan Cup, Hardi berjalan ke arah kamarnya dan membuka pintunya.
Di dalam kamar Hardi berusaha memejamkan matanya tapi bayangan wajah dari Sharon cewek yang barusaja dia kenal membayangi setiap ruang yang ada di benaknya. Dia kemudian bangkit dan mengambil sebuah buku catatan yang biasa dia jadikan tempat curahan hati lewat puisi-puisinya. Dia langsung  menulis sebuah puisi yang berjudul Noor:
NOOR
Dia adalah cahaya disaat aku terjurat dalam kegelapan
Dia adalahbintang terindah dari seluruh bintang yang ada
Dia adalah embun yang selalu menyejukkan hatiku ini
Dan dia adalah Noor bagiku..

Ketika setitik racun mengalir dalam hati ini,
maka dia datang membawapenawar dalam genggamannya
Ribuan racun seakan tak mampu membunuh jiwa yang sedang menari
Karna akan selalu ada bidadari penyelamat disisiku..

Suara alam menyadarkanku saat keheningan pekatnya malam,
Seakan aku menjadi tumbal dalam pertarungan sang waktu.
Aku hanya mendapatkan peran dari naskah sang Khalik
Panggung lakon menjadi sebuah drama
dan berharap menjadi sebuah episode terakhir yang indah…


Setelah menulis puisi yang dia siapkan untuk dipublikasi dalam Blog-nya tersebut akhirnya Hardi membaca sebuah buku yang belum sempat dia baca karena kesibukan di organisasi. Hardi yang turut andil dalam kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh organisasi memaksa dirinya untuk membagi waktu dengan teratur. Namun demikian waktu untuk membaca buku-buku koleksinya semakin sedikit. Terkadang dia harus begadang agar bisa membaca buku-buku tersebut dan akibatnya sangat fatal yaitu terlambat masuk kelas. Bahkan dia sering tidak diijinkan mengikuti perkuliahan oleh beberapa dosen yang terbilang galak di kampusnya.
Hampir empat jam dia membaca bukunya, membuat matanya semakin tak kuat menahan kantuk. Dia pun melirik jam di dinding kamarnya, bukan main terkejutnya dia saat itu, karena waktu saat itu telah menunjukkan pukul 4 dini hari. Dia langsung memejamkan matanya agar bisa tertidur sehingga dapat bangun sesuai jadwal kuliahnya.[]