KEDAI
VIOLET yang berdekatan dengan 2 Universitas swasta yang cukup terkenal di kota
Bandung, menjagokan menu khas luar negeri. Pemiliknya biasa dipanggil dengan
sebutan Ayah oleh mahasiswa yang
sering makan di kedai tersebut. Di depan pintu masuk Hardi dan Randi mulai
melihat meja yang belum ditempati oleh orang lain, namun Randi yang telah
terbiasa makan di kedai tersebut langsung menuju ke meja yang terdapat di pojok
sebelah kiri. Hardi lebih memilih meja yang belum ditempati orang lain tidak
jauh dari posisi Randi duduk. Ketika sedang memerhatikan daftar menu tiba tiba
Randi memanggilnya “Har, duduk disini saja” katanya. “Ngapain juga duduk di
situ, sini gue kenalin lu sama adik gue.”
Hardi yang saat itu sedang kebingungan ingin memesan
menu apa yang bakal dia santap kemudian melangkah kearah Randi. untuk
berkenalan dengan seorang perempuan yang sudah dianggap sahabatnya itu seperti
adik sendiri. sambil menjulurkan tangan Hardi memperkenalkan diri “Hardi”
katanya.
Sambil tersenyum cewek tersebut membalas “Sharon,
Kamu satu kampus dengan Randi ya?” tanya Sharon.
“Iya” jawab Hardi. “Bahkan aku dan Randi satu
jurusan, tapi beda angkatan. Randi angkatan 2005 sedangkan aku 2006”
Setelah menjawab pertanyaan dari Sharon, hardi pun
melangkahkan kakinya ke arah pelayan dan memesan Ayam Rica-rica dan segelas ice
capucino. Sekembalinya Hardi ke meja tersebut dia melihat Sharon tersenyum
ramah kepada dirinya dan dia pun membalas senyuman tersebut. Hardi yang saat
itu mengenakan sepatu Boots Dr. Marten
dan jaket bomber cukup menarik
perhatian mahasiswa lain. Sedangkan Sharon yang mengenakan pakaian yang lebih Casual dan tidak terlihat meck up seperti kebanyakan mahasiswi
yang dikenal Hardi. Hal ini yang membuat Hardi lebih nyaman saat berbicara
dengan perempuan tersebut. “Kamu sendiri kuliah dimana?”, Tanya Hardi kepada Sharon.
Sharon kemudian menyebutkan salah satu kampus swasta
yang cukup terkenal di kota Bandung. Setelah menyebutkan nama kampusnya, Sharon
balik bertanya kepada Hardi “kamu sering makan disini ya?”
Hardi pun tertawa mendengar pertanyaan Sharon “Aku
baru pertama kali makan di sini” katanya. “Itu pun diajakin sama Randi.”
Sharon adalah seorang perempuan berdarah Sunda dan Manado.
Dia merupakan anak ke-2 dari 5 bersaudara. Parasnya yang sederhana memancarkan
kecantikan alami yang mampu membuat mata cowok seakan betah untuk menatapnya.
Keindahan lain yang terlihat darinya adalah kedua matanya yang sangat indah.
Namun dengan paras yang cantik tersembunyi sifat ketegasan dan hal ini turut
membuat cowok yang baru dia kenal merasa nyaman.
Hardi yang dari tadi memperhatikannya kemudian
mengambil sebuah buku dan mencari halaman yang telah ditandainya sebagai batas
sampai mana buku tersebut telah dia baca. Setelah menemukan tanda tersebut dia
pun asyik membaca seakan tidak peduli dengan orang-orang disekitarnya. Keadaan
ini membuat Sharon sempat berpikir bahwa cowok yang sedang duduk dihadapannya
ini sangat sombong sekali.
Berselang 10 menit kemudian menu yang dipesan Hardi
akhirnya datang juga. Dia pun bertanya kepada Sharon “Kamu nggak mesan makan
ya?”
“Tadi udah makan kok” jawab Sharon.
“Ya udah kalo gitu aku makan dulu ya” kata Hardi
dengan sopan kepada Sharon.
Saat Hardi sedang asyik menyantap makanannya, Sharon
bertanya kepadanya “Jadi sekarang kamu sekarang semester berapa?”
“Sekarang aku masuk semester 6” katanya. “Tapi aku
sempat ngambil cuti 2 semester, jadi rada telat lulusnya” lanjutnya sambil
tertawa.
Hardi memang pernah cuti satu semester, sehingga ada
dua mata kuliah penelitian yang belum bisa dia ambil. Dengan demikian terpaksa
dia tidak bisa melakukan penelitian yang merupakan salah satu syarat untuk
menyusun skripsi. Hardi pun balik bertanya kepada Sharon, “Kamu sendiri sekarang
semester berapa?”
“Aku sekarang semester 2 dan ngambil Fakultas
Ekonomi”
Ternyata
perempuan ini merupakan mahasiswi baru,
katanya dalam hati. Hardi semakin penasaran dengan Sharon tapi dia tidak ingin
hal tersebut diketahui oleh yang lainnya. Dia kembali menyantap menu yang dari
tadi siap untuk santap. Sesekali Hardi mencuri pandang ke arah Sharon, wah ternyata dia cukup cantik terutama bola
matanya, kata hardi dalam hati. Sharon yang tahu kalau Hardi diam-diam
selalu memperhatikan dirinya berusaha untuk cuek.
Dia berusaha mengikuti pembicaraan yang sedang berlangsung antara Randi dan
Ditya. Ketika sedang asyik mencuri-curi pandang ke arah Sharon, tiba-tiba Randi
mengagetkan Hardi “Ayo ngapain lu lihat nadira sambil bengong gitu?” katanya.
“Awas lu entar naksir baru tahu.”
“Nggak kok, cuma aneh saja kok dari tadi Sharon
senyum-senyum mulu. Kayak orang yang dapat duit 1 milyar” katanya untuk
menutupi apa yang sebenarnya sedang dia pikirkan.
Saat itu tidak ada yang mengetahui kalau Hardi mulai menyimpan perasaan suka kepada Sharon, karena
dia tidak menceritakan ke siapapun. Hardi yang mempunyai rasa penasaran yang
tinggi itu merasa ada sesuatu yang tersembunyi dari senyum bahagia Sharon.
Menurutnya di balik senyum tersebut terdapat sebuah masalah yang coba ditutupi
oleh Sharon. Hal ini membuat Hardi menjadi penasaran akan cewek yang sedang
duduk dihadapannya itu.
Sharon semakin bingung saat Hardi dan Randi selalu
menyebutkan namanya dibalik pembicaraan mereka. Hal ini membuat dia merasa ada
sesuatu yang tidak beres, karena kedua cowok tersebut tidak memberitahu dirinya
apa yang sedang dibicarakan antara mereka berdua. Namun mereka berdua selalu
menyemut-nyebut namanya “Kenapa kok bawa-bawa namaku” tanyanya sambil
memperhatikan kedua cowok tersebut.
Kedua cowok yang langsung dikasih pertanyaan yang
tidak terduga ini hanya bisa tersenyum malu…”Eh kok malah senyum-senyum aja”
tegur Sharon yang saat itu semakin bingung dengan kedua temannya tersebut.
Randi pun langsung menjawab sambil memperhatikan
dengan geli kepada Hardi “Dari tadi aku liat si Hardi nyuri-nyuri pandang ke
arah kamu”
Hardi pun hanya bisa terdiam sambil terlihat kesal
dengan kejujuran yang terlontar dari mulut sahabatnya itu. Sedangkan Sharon
hanya tersenyum kepada Hardi, seakan dia mengerti dengan apa yang sedang
dirasakan oleh Hardi.
“Tidak apa-apa kok” seru Sharon. “Ngapain juga harus
malu toh masih dalam batas kewajaran.”
Mendapat pembelaan dari Sharon, membuat Hardi semakin
bersemangat untuk membalas kebodohan Randi yang membuat dirinya sempat malu
dihadapan Sharon.
“Eh kuyak, Sharon yang diliatin saja nggak marah”
katanya. “Kok lu yang repot”
Randi yang dipojokkan hanya bisa tersenyum malu,
tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun. Melihat Randi yang hanya bisa
tersenyum, membuat Hardi kini berasa di atas angin. Sedangkan Sharon yang
memerhatikan kedua cowok tersebut hanya bisa tertawa. Randi yang melihat Sharon
merasa senang dengan penderitaannya akibat malu “Senang banget ngeliat kakaknya
dikatain sama si kadal” katanya.
Sharon yang mendengar keluhan Randi semakin tertawa
geli dan Hardi pun tidak mau ketinggalan untuk mentertawakan sahabatnya yang
terkadang suka membat hal-hal yang konyol tanpa terduga itu. Ketika Sharon
memperhatikan jam di ponselnya dia langsung berpamitan kepada Randi dan Hardi
“Aku ke kampus dulu ya!” katanya “Soalnya aku ada kuliah, apalagi dosennya
galak kadang kalo telat suka nggak diijinin masuk”
“Ya sudah” kata Randi. “Besok kita ngobrol-ngobrol
lagi ya! Awas kalo besok nggak datang”
Sambil tersenyum Sharon menjawab “Iya besok aku ada
kuliah jam 5 sore” katanya “Jadi kita ketemuannya jam 3 sore saja deh”
Sebelum dia melangkahkan kakinya, dia sempat
melemparkan senyum kepada Hardi dan Randi. Seakan penasaran tidak luput dari
benak Hardi dan dia pun bergumam dalam hatinya, perempuan ini sangat cantik apalagi kalau dia tersenyum, aku belum
pernah mengenal perempuan yang bisa membuat aku lebih bersemangat. Tapi, Sharon
sungguh membuat aku semakin penasaran untuk mengenalnya lebih jauh…
Sharon yang sedang menyeberang jalan mendengar ada yang memanggil-manggil namanya, dia pun
melirik ke arah suara tersebut. ternyata Ditya sahabat yang telah dia anggap
seperti kakaknya sendiri, “Kok baru datang? Dari tadi Sharon nungguin di kedai
tapi teteh nggak datang-datang juga”
Dengan tersenyum yang tersungging dari bibirnya
Ditya mencoba menyampaikan alasan mengapa dia terlambat “Tadi aku ditelpon sama
tante” katanya. “Aku diminta untuk ke rumahnya”
“Oh, ya sudah kalo gitu” kata Sharon. “Sekarang kita
ke kelas yuk, entar telat pasti nggak dibolehin masuk lagi”
Mereka pun melangkahkan kaki dengan cepat ke dalam
kampus. Sharon yang masih teringat akan kekonyolan dua orang cowok di kedai
tersebut, kejadian perkenalan dengan Hardi turut mewarnai apa yang ada dalam
benaknya. Ternyata kedua sahabat itu sangat asyik jika diajak bercanda. Tapi
entah mengapa si Hardi terkadang terlihat cuek dan dia juga suka baca buku.
Sejenak Sharon melupakan permasalahan yang sering terjadi di rumahnya akibat
ulah Hardi dan Randi. Sharon selalu menutupi setiap permasalahan yang
dihadapinya, dia sangat benci dengan orang-orang yang ingin mengetahui siapa
dirinya sebenarnya.
Sesampainya mereka di depan kelas ternyata masih ada
waktu untuk nongkrong. Kesempatan ini berusaha dimanfaatkan oleh Sharon
menceritakan pengalaman konyol yang barusaja terjadi kepada Ditya “Teteh tadi Sharon lagi nongkrong sama
Randi dan temannya si Hardi. Ternyata mereka asyik diajak ngobrol. Apalagi
dua-duanya konyol abis.”
Merasa melihat senyuman yang berbeda dibandingkan
dengan senyuman yang selama ini diperlihatkan Sharon turut membuat Ditya
senang. Namun dia ingin memastikan tentang cowok yang barusan namanya
dibicarakan oleh Sharon “Si Randi yang kuliah di Kampus sebelah itu?”
“Iya” sahutnya. “Kan kemarin teteh sudah kenalan
sama si Randi.” Berusaha meyakinkan Ditya yang masih terlihat ragu.
“Emang mereka ngapain sampai-sampai kamu senang
seperti ini?” Tanya Ditya yang ingin tahu sahabatnya ini bisa terlihat beda
disbanding sebelum-sebelumnya. Selama ini Ditya jarang melihat Sharon bisa
tertawa lepas akibat masalah keluarganya. Bahkan Ditya sering mendapati Sharon
sering terlihat tidak bersemangat dan terkadang juga sampai menangis.
“Pokoknya teteh besok ke kedai aja” seru Sharon agar
Ditya melihat langsung kenapa dia bilang kedua cowok tersebut sangat konyol.
“Pasti seru deh. Entar aku kenalin teteh sama si Hardi.”
~{0}~
MEMIKIRKAN
SHARON membuat Hardi terus memandang ke arah pintu kedai. Randi yang sedari
tadi terus memerhatikan sahabatnya itu lalu memukul pundak Hardi sambil berkata
“Besok juga lu bisa ketemu lagi sama Sharon” serunya sambil mengambil sebatang
rokok Marlboro Light “Dia tadi sudah janji besok ketemuan di sini lagi jam 3
sore, jadi besok kita kesini lagi.”
Perkataan Randi membuat Hardi semakin bersemangat
“Oke besok kita kesini lagi soalnya gue semakin penasaran sama Sharon” setelah
membayar menu yang telah disantapnya Hardi dan Randi pun meninggalkan kedai
tersebut.
Randi yang sudah membayar menu yang disantapnya,
kemudian mengajak Hardi pulang soalnya esok dia ada jadwal kuliah pagi “Har,
balik yuk?” tuturnya. “Besok gue ada kuliah pagi-pagi nieh!”
“Siap bos” sahut Hardi. “Tapi gue bayar dulu menu
yang tadi gue makan”
Mereka pun meninggalkan kedai tersebut setelah
membayar menu yang disantap. Sepanjang perjalan Hardi berusaha mencari
informasi tentang Sharon lewat mulut Randi, “Lu kenal sama Sharon sejak kapan?”
“Baru 3 minggu” jawab Randi.
Kesempatan ini membuat Hardi terus mengorek
informasi yang sangat dia butuhkan “Kok lu bisa kenal sama dia?” Tanyanya lagi.
Dengan bangganya Randi memamerkan kalau dia mampu
mengenal cewek-cewek yang terbilang cantik, “Kayak nggak tahu gue saja”
katanya. “Waktu dia lagi makan sama temannya gue samperin saja dan ngajak
ngobrol.”
Mendengar kalimat yang terlontar dari mulut Randi
membuat dia sempat melirik sahabatnya itu dengan ketus. Namun disatu sisi dia
sangat berterima kasih kepada Randi yang telah memperkenalkan dirinya ke Sharon.
“Oh iya” serunya. “Menurut lu, dia orangnya gimana?”
“Kalo menurut gue sih” ujarnya sambil membakar
sebatang rokok. “Orangnya baik terus mudah bergaul. Tapi kalo lagi Bete susah
diajak ngobrol. Dari tadi lu ngebahas Sharon mulu, mendingan kita ke kosan dan
ngajak Rian makan seafood”
Terlihat rasa penasaran di wajah Hardi saat Randi
berusaha mengalihkan pembicaraan yang masih tanggung baginya. “Terserah lu saja
deh” sahut Hardi dengan kesal.
Mendengar nada suara Hardi yang setengah hati
mengiyakan sarannya itu membuat Randi tertawa terbahak-bahak. “Besok juga lu
bakal ketemu lagi sama dia, jadi mendingan lu cari tau sendiri. Kalo gue
ngomong gini nanti nggak sama dengan kenyataannya gue juga yang disalahin sama
lu.”
“Ya nggaklah” ujar Hardi. “Gue nggak mungkin
nyalahin lu. Gue yang butuh info dari lu kok malah nyalahin lu jadi kayak orang
yang nggak punya otak saja.”
Timbul keinginan untuk menjahili sahabatnya, randi
langsung tertawa geli dan berujar “Bukannya lu nggak punya otak!”
Sontak Hardi yang dipancing untuk bercanda mendorong
Randi dengan perasaan kesal, namun tampak hanya dorongan yang bertujuan canda
semata, “Gini-gini gue juga pintar di kelas” serunya. “Jangan-jangan kepala lu
isinya tahi doang.”
Mendengar celetukan yang dibarengi kekesalan membuat
Randi tertawa terbahak-bahak. “Hahahahahah….Ya udah buruan nanti kemalaman
sampai kosan-nya” seru Randi yang membuat canda diantara mereka berdua kontan
berhenti. Namun terlihat dari raut wajah Hardi yang masih ingin membalas ejekan
yang terlontar dari mulut sahabatnya itu.
Sesampainya mereka di kosan Hardi langsung
berpamitan kepada Randi. “Gue tidur duluan ya” katanya. “Lu ajakin saja si Rian
nyari makan, gue ingin tidur soalnya besok gue ada kelas pagi.”
“Ya si kuyak tadi katanya mau nyari makan bareng”
seru Rian dengan kesal. “Sekarang malah ingin tidur duluan. Akh dasar kampret,
jadi kesal gue sama lu dah”
Sambil tersenyum kemenangan Hardi meninggalkan Randi
yang terlihat semakin kesal dengan tingkah laku sahabat yang dinilainya curang
dan tidak menepati janji. Namun bagi Hardi inilah saatnya pembalasan atas
ejekan yang dilakukan Randi di sepanjang jalan ke kosan. Hardi sempat berbalik
sambil menertawakan sahabatnya itu sambil tersenyum puas akan tindakan yang dia
lakukan barusan. Setelah merasa memenangkan Hinaan
Cup, Hardi berjalan ke arah kamarnya dan membuka pintunya.
Di dalam kamar Hardi berusaha memejamkan matanya
tapi bayangan wajah dari Sharon cewek yang barusaja dia kenal membayangi setiap
ruang yang ada di benaknya. Dia kemudian bangkit dan mengambil sebuah buku
catatan yang biasa dia jadikan tempat curahan hati lewat puisi-puisinya. Dia
langsung menulis sebuah puisi yang
berjudul Noor:
NOOR
Dia adalah cahaya
disaat aku terjurat dalam kegelapan
Dia adalahbintang
terindah dari seluruh bintang yang ada
Dia adalah embun yang
selalu menyejukkan hatiku ini
Dan dia adalah Noor
bagiku..
Ketika setitik racun
mengalir dalam hati ini,
maka dia datang
membawapenawar dalam genggamannya
Ribuan racun seakan tak
mampu membunuh jiwa yang sedang menari
Karna akan selalu ada
bidadari penyelamat disisiku..
Suara alam
menyadarkanku saat keheningan pekatnya malam,
Seakan aku menjadi
tumbal dalam pertarungan sang waktu.
Aku hanya mendapatkan
peran dari naskah sang Khalik
Panggung lakon menjadi
sebuah drama
dan berharap menjadi
sebuah episode terakhir yang indah…
Setelah menulis puisi yang dia siapkan untuk dipublikasi dalam Blog-nya tersebut akhirnya Hardi membaca sebuah buku yang belum sempat dia baca karena kesibukan di organisasi. Hardi yang turut andil dalam kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh organisasi memaksa dirinya untuk membagi waktu dengan teratur. Namun demikian waktu untuk membaca buku-buku koleksinya semakin sedikit. Terkadang dia harus begadang agar bisa membaca buku-buku tersebut dan akibatnya sangat fatal yaitu terlambat masuk kelas. Bahkan dia sering tidak diijinkan mengikuti perkuliahan oleh beberapa dosen yang terbilang galak di kampusnya.